Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Kesiapsiagaan Hadapi Ancaman Letusan Gunung Merapi dan Pandemi Covid-19

Dilihat 63 kali
Kesiapsiagaan Hadapi Ancaman Letusan Gunung Merapi dan Pandemi Covid-19

Foto : Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida dalam konferensj pers di Pusdalops DIY pada Jumat (13/11). (Komunikasi Kebencanaan BNPB/Dume Sinaga)


YOGYAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memastikan kesiapsiagaan semua pihak, khususnya di tingkat desa, dalam menghadapi ancaman bahaya letusan Gunung Merapi dan pandemi Covid-19. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan saat melakukan konferensi pers di Pusdalops DIY pada Jumat (13/11).

“Ancaman bahaya yang dihadapi tidak hanya erupsi Gunung Merapi tetapi juga pandemi Covid-19 sehingga apa yang harus dilakukan mengacu pada dua hal tadi,” ujar Lilik.

Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya dan kementerian-lembaga sudah hadir di Yogyakarta. Ini menunjukkan bahwa pemerintah pusat serius terkait kesiapsiagaan terhadap ancaman bahaya Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Lebih lanjut, Lilik ingin memastikan bahwa pemerintah daerah telah melakukan kesiapsiagaan, khususnya di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten dan Magelang. 

“Kami memastikan semua SOP (standard operating procedure) yang selama ini sudah berjalan dengan baik,” tambahnya.

Ia mengatakan, mulai tahun 2010 lalu desa-desa sekeliling Gunung Merapi sudah melakukan desa tangguh bencana. Dari hasil diskusi dengan masyarakat lereng Gunung Merapi, mereka bisa menangani sejauh ini dan apabila membutuhkan bantuan, ini akan disampaikan. 

Terkait dengan bahaya Covid-19, Lilik berharap tidak ada kluster baru. Ia menyampaikan bahwa tempat pengungsian telah disekat dan menerapkan protokol kesehatan, seperti rapid test saat warga mulai masuk.

“BNPB akan mendukung swab antigen relawan-relawan yang akan bekerja melayani warga yang dievakuasi apabila terjadi letusan nanti,” ujar Lilik. 

Di samping itu, Lilik juga menyampaikan pihaknya berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk memastikan moda komunikasi maupun peringatan dini dapat berjalan dengan baik, seperti sirine, radio komunikasi, jalur evakuasi atau alat tradisional kentongan. Dengan kesiapan yang telah dilakukan tersebut, ia berharap zero victim apabila nanti terjadi letusan. 

Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyampaikan bahwa tingginya aktivitas vulkanik Gunung Merapi tidak ada kenaikan yang signifikan.

“Kondisinya stabil tetapi tinggi,” ujarnya saat konferensi pers, Jumat (13/11)

Ia menambahkan bahwa guguran lava yang sudah agak jauh. Beberapa kali terjadi guguran di sisi barat dan barat laut. Guguran sempat terpantai dengan jangkauan beragam, 1 km, 2 km dan 3 km. 

“Ada desakan magma dari dalam sehingga terjadinya material di puncak tidak stabil. Saat ini lava yang gugur adalah material lama, sisa erupsi yang lama. Lava yang baru belum muncul,” kata Hanik. 

Perkembangan data per 14 November 2020, pukul 15.00 WIB, data warga kelompok rentan yang telah dievakuasi berjumlah 1.558 jiwa. Jumlah warga dievakuasi terbesar di Kabupaten Magelang 814 jiwa, Klaten 307, Boyolali 253 dan Sleman 184. Hewan ternak yang telah dievakuasi berjumlah 3.066 jiwa, dengan rincian di Kabupaten Boyolali berjumlah 2.874 ekor, Klaten 113 dan Sleman 79.



Dr. Raditya Jati

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis


BAGIKAN